Translate

Thursday, June 28, 2012

Bahasa Sebagai Media Pendidikan dalam Perspektif Tafsir Tarbawi

BAB II
PEMBAHASAN
“Bahasa Sebagai Media Pendidikan”



A.    Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 4
1.    Ayat.
                       
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya , supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan [780] siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S.Ibrahim:4)
   
2.    Kosa Kata.
     = Mengutus         = Bahasa     = Bijaksana

3.    Kaitan dengan ayat sebelum dan sesudah.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa kaum terdahulu lebih menyukai kehidupan duniawi dan mereka suka menghalang-halangi dari jalan Allah dan menginginkan jalan Allah yang lurus itu menjadi bengkok dengan jalan melakukan tipu daya dan kebohongan untuk memperburuk citranya. Mereka berada dalam kekufuran dan berada dalam kesesatan yang jauh sehingga sangat sulit untuk  kembali ke jalan yang benar. Dan demikian sulit pula nantinyauntuk memperoleh keselamatan.
Padahal Allah telah mengutus para Rasul kepada suatu kaum dengan menggunakan bahasa kaum tersebut. Hal tersebut dengan tujuan agar kaum tersebut dapat dengan mudah memahamkan perintah dan larangan-Nya kepada mereka.

4.    Penafsiran Menurut Ulama.
    Ayat ini menjelaskan tentang kasih sayang Allah kepada makhluk –Nya, bahwa Allah mengutus para Rasul dari kalangan mereka dan dengan bahasa mereka supaya mereka memahami apa yang dikehendaki dari mereka dan apa yang disampaikan kepada mereka,  seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Dzar, Rasulullah bersabda:
“Allah tidak mengutus seorang nabi pun melainkan dengan bahasa kaumnya”.
   
    Firman Allah:      “Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan petunjuk pada siapa yang Dia kehendaki,” maksudnya, setelah memberikan keterangan dan bukti-buktinya kepada mereka, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dari petunjuk itu dan menunjuki siapa yang Allah kehendaki kepada kebenaran.     “Dan Dia-lah Robb yang maha kuasa,” Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi,   “lagi maha bijaksana,” dalam perbuatan-Nya, maka Dia menyesatkan siapa yang memang berhak dengan kesesatan dan menunjuki siapa yang memang layak akan hal itu. Memang hal ini merupakan sunah atau ketentuan Allah yang berkenaan dengan makluk-Nya bahwa Allah tidak mengutus seorang nabi kepada suatu umat melainkan dengan bahasa mereka dan setiap nabi itu di utus untuk menyampaikan risalah kepada umat mereka masing-masing, tidak kepada umat lain, kecuali nabi Muhammad SAW yang khusus diperintahkan supaya menyampaiakan risalah kepada semua manusia.
        (kami tidak mengutus seorang pun melainkan dengan bahasa) memakai bahasa -   (kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka, supaya mereka dapat memahami apa yang disampaikannya. -      ¬  (maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. Dan dialah Tuhan Yang Maha Kuasa) di dalam kerajaan-Nya, -   ( lagi maha bijaksaana) di dalam tindakan-Nya.
    Kesesatan mereka sama sekali bukan karena tidak jelasnya tuntunan atau kurangnya informasi yang mereka terima. Disamping tuntunan itu tidaklah kami mengutus seorang Rasulpun sejak yang pertama hingga yang terakhir. Keuali dengan bahasa lisan dan pikiran sehat kaumnya. Supaya dia yakni Rasul itu dapat menjelaskan dengan gamblang melalui bahasa lisan dan keteladanannya kepada mereka tuntunan-tuntunan Kami itu. Maka ada diantara kaum yang mendengar penjelasan Rasul itu yang membuka mata hati dan pikirannya sehingga diberi kemampuan oleh Allah melaksanakan petunjuk-Nya.
    Meskipun  Nabi Muhamma saw. Diutus kepada seluruh manusia yang berlainan bahasa. Namun pengutusan beliau dengan bahasa kaumnya lebih utama dibanding dengan pengutusan beliau dengan bahasa lain. Kaumnyalah yang akan menjelaskan ajaran beliau kepada kaum lain dengan bahasa mereka sendiri. Sehingga ajaran-ajaran tersebut sama-sama mereka pahami. Sekiranya ajaran tersebut diturunkan dengan banyak bahasa sesuai dengan banyaknya kaum, dan beliau menerangkan kepada setiap kaum dengan bahasa masing-masing, maka yang demikian itu akan menjadi pangkal perselisihan dan membuka pintu pertikaian. Ini disebabkan setiap umat akan mengakui makna-makna ajaran dalam bahasa mereka yang tidak diketahui oleh umat yang lain. Kemudian yang demikian itu akan menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan, akibat berbagai pengakuan batil yang dilakukan oleh orang-orang yang fanatik terhadap bahasa mereka sendiri.

B.    Al-Quran Surat Maryam ayat 97
1.    Ayat.
            
Artinya : “Maka Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang”. (Q.S.Maryam :97)

2.    Kosa kata.
 = Dengan Bahasamu
3.    Kaitannya dengan Ayat Sebelumnya.
Setelah menguraikan ihwal orang-orang kafir didunia dan diakhirat serta mengingkari mereka dengan pengingkaran yang amat sangat, selanjutnya Allah menutup surat dengan menguraikan ihwal orang-orang yang beriman, dengan menjelaskan bahwa Dia akan menanam kecintaan didalam kalbu hamba-hamba-Nya. Setelah menyajikan didalam surat berbagai tauhid, kenabian dan pengumpulan, serta pengingkaran terhadap kelompok orang-orang yang batil, selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia memudahkan penyajian dan penjelasan itu melalui bahasa nabi Muhammad saw. Agar beliau memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan peringatan kepada kaum musyrikin yang membantah dan menentang.

4.    Penafsiran Menurut Ulama.
Menurut Tafsir Jalalain  ( Maka sesungguhnya telah kami mudahkan dia) al-qur’an itu - (dengan bahasamu) bahasa Arab -   ( agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-qur’an itu kepada orang –orang yang bertaqwa) yaitu orang-orang yang beruntung memperoleh iman –  (dan agar kamu memberi peringatan) menakut-nakuti.-     ( dengannya kepada kaum yang membangkang) lafaz luddan adalah bentuk jamak dari lafaz aladdun, artinya banyak membantah dengan kebatilan, mereka adalah orang-orang kafir Mekah.
Allah SWT mengabarkan bahwa Dia menanamkan kepada hamba-hamba-Nya kaum Mukminin yang beramal shaleh, yaitu amal-amal yang diridhai Allah SWT dengan mengikuti syariat nabi Muhammad SAW. Dia akan menanamkan bagi mereka didalam hati hamba-hamba-Nya yang shaleh, perasaan cinta dan kasih sayang.   Maka telah Kami mudahkan yaitu Al-Quran  dengan bahasamu. Hai Muhammad, yaitu bahasa Arab yang jelas, fasih dan sempurna.  Agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan itu kepada orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menyambut seruan Allah dan membenarkan para Rasul-Nya.   dan memberi peringatan kepada kaum yang membangkang yaitu kaum yang berpaling dari kebenaran dan cendrung kearah kebatilan.

Sedangkan menurut tafsir Al-Mishbah yakni dipilihnya bahasa Arab untuk menjelaskan petunjuk Allah SWT. Dalam alkitab ini disebabkan karena masyarakt pertama yang ditemui Al-Quran ialah masyarakat yang berbahasa arab. Tidak ada satu ide yang bersifat universal sekalipun kecuali menggunakan bahasa masyarakat pertama yang ditemuinya. Demikian juga dengan Al-Quran. Selanjutnya, dan ini tidak kurang pentingnya dari sebab pertama, kalau enggan berkata justru lebih penting adalah, pemilihan bahasa tersebut disebabkan oleh keunikan dan keistimewaan bahasa arab dibanding dengan bahasa-bahasa yang lain.


C.    Al-Quran Surat Az-zukhruf ayat 3
1.    Ayat.
        
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Az-Zukhruf :3)

2.    Kosakata
 = Bacaan yang berbahasa Arab.
 = Memahaminya.

3.    Kaitan dengan Ayat Sebelum dan Sesudah nya.
    Pada awal surah ini Allah mengukuhkan dengan sumpah ketinggian derajat kitab-Nya yang menampung wahyu itu dengan menyatakan . Demi al-Kitab itu yang nyata yang bersumber dari Allah, nyata keistimewaannya, serta nyata dan jelas pula uraian-uraiannya. Sesungguhnya Kami menjadikannya yakni kitab itu berupa – Qur’an yakni bacaan dengan berbahasa Arab, agar kamu memahami-nya dengan menggunakan akalmu. Dan sesungguhnya dia yakni al-Quran itu dalam induk al-Kitab yakni Lauh Mahfuzh disisi Kami, adalah benar-benar tinggi nilainya dan dalam saat yang sama penuh hikmah yakni amat banyak mengandung hikmah.



4.    Tafsiran Menurut Ulama.
  (Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an) maksudnya Kami adakan Al-kitab ini -  (bacaan yang berbahasa Arab) atau memakai bahasa arab - (supaya kalian) hai penduduk Mekkah  (memahaminya) memahami makna-maknanya.

Sedangkan Thabathaba’i berpendapat bahwa pernyataan ayat diatasyang menjadikan tujuan dari dijadikannya Al-Quran dalam bahasa Arab   agar mereka memahami, mengisyaratkan bahwa sebelum kitab suci ini ‘dijadikan berbahasa Arab’, kallam Allah itu tidak terjangkau dengan akal manusia. Karena akal manusia berpotensi untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat dipikirkan- betapapun rumitnya.dengan demikian kitab suci ini dari segi hakikat keberadaannya merupakan sesuatu yang tidak terjangkau oleh nalar manusia, dan karena itulah maka Allah ‘menjadikannya’ dalam bahasa Arab.
Sedangkan dalam tafsir Ibn Katsiir dijelaskan bahwa Allah SWT berfirman  Haa Miim.   “Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menerangkan”. Yaitu, yang jelas, tegas, serta lugas makna-makna dan lafazh-lafaznya. Karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yang merupakan bahasa interaktif manusia yang paling fasih. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman :   “Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur’an,” yang Kami turunkan,  “Dalam berbahasa Arab”. Yaitu dengan bahasa Arab yang fasih dan jelas.   “ Supaya Kamu memahami(nya)”. Yaitu supaya kalian memahami dan  merenungkannya.

D.    Al-Qur’an Surat Fushshilat ayat 44
1.Ayat.
                                •    
Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka . mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

2. Kosakata.
 = Dijelaskan
3. Kaitan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Diayat sebelumnya diceritakan bahwa bnayak sekali umat-umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah disebabkan kedustaan mereka terhadap para rasul. Dan Allah akan memberikan hukuman yang pedih bagi orang-orang yang kafir yang mendustakan ajaran Allah.

4. Tafsiran Para Ulama.
 (Dan jikalau Kami jadikan ia) yakni Al-Qur’an itu –
     (suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab, tentulah mereka mengatakan : “Mengapa tidak) kenapa tidak -  (dijelaskan) diterangkan -  (ayat-ayatnya?”) sehingga kami dapat memahaminya. -  (Apakah) patut Al-Qur’an -  (dalam bahasa asing sedangkan) nabi  (adalah orang arab). Istifham atau kata tanya disini mengandung makna ingkar, yakni menunjukkan keingkaran mereka.-      (katakanlah : “Al-Qur’an ini bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk) dari kesesatan-  (dan penawar) dari kebodoham -      (dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan) penutup, sehingga mereka tidak dapat mendengar -    (sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka) karena itu mereka tidak dapat memahaminya.
  •   (mereka itu adalah orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh) karenyanya mereka tidak dapat mendengar dan tidak dapat memahami panggilan yang ditunjukkannya kepadanya itu.
Dalam tafsir Ibn Katsir menyatakan bahwa Allah menyebutkan tentang al-qur’an, kefashihan, keindahan dan kerapiannya lafazh dan maknanya, namun demikian orang-orang musyrik tetap tidak mengimaninya; Allah mengingatkan bahwa kekufuran mereka merupakan kufur pembangkangan dan kesombongan. Artinya, seandainya seluruh isi al-qur’an diturunkan dengan bahasa non arab, niscaya mereka dengan penuh perkembangan dan kesombongan akan berkata:”mengapa yidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut al-qur’an) dalam bahasa asing sedang(Rasul adalah orang) Arab?” Yakni, niscaya mereka berkata:” mengapa tidak diturunkan secara rinci dengan bahasa Arab,” dan niscaya mereka pun  mengingkarinya. Mereka mengatakan bahwa bagaimana al-qur’an diturunkan dengan bahasa ‘ajam, padahal yang menerimanya adalah orang Arab yang tidak dapat memahaminya.” Demikianlah makna ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id bin jubair, as-Suddi dan lain-lain.

E.    Hubungan Surat Ibrahim : 4, Az-zukhruf ayat 3, Surat Maryam ayat 97, dan Surat Fushshilat ayat 44 Dengan Pendidikan.

Manusia adalah mahkluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Interaksi antarmanusia yang memerlukan basaha sebagai alat disebut dengan komunikasi. Oleh sebab itu, bahasa sebagai alat komunikasi memegang kedudukan dan peran sangat dominan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahasa  sebagai bentuk dalam komunikasi dikatakan sebagai fondasi dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menurut Sudaryono, Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
Adapun fungsi bahasa secara umum yaitu :
1.    Bahasa digunakan sebagai bahasa untuk mengadakan antar hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
2.    Bahasa menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain. Jadi Bahasa Indonesia ini dipergunakan sebagai Fondasi dalam proses belaja mengajar di sekolah.
Berdasarkan dua fungsi dari bahasa tersebut itu mengapa bahasa digunakan sebagai fondasi dari proses pembelajaran di Sekolah atau Perkuliahan. Jika bahasa tidak dikuasai oleh siswa-siswa jelas pembelajaran di kelas tidak bisa jalan secara normal. Disini peranan guru sangat diperlukan untuk menekankan bahasa itu sendiri. Bahasa perlu dipelajari dengan fondasi yang kuat, dimana fondasi tersebut adalah membaca dan menulis. jika seorang siswa tidak bisa membaca dan menulis niscaya dan pasti semua mata pelajaran yang ada disekolah tidak bisa dipelajari. Sehingga Bahasa merupakan fondasi atau dasar dalam mempelajari semua mata pelajaran.

No comments: